Next Post

GELOMBANG KEEMPAT FEMINISME MEMBANGUNKAN DUNIA

photo_2021-01-18_15-38-44

Penulis: Fitri Usman Ali

Pemerhati Gerakan Perempuan

Makassar, Sulawesi Selatan, AWN (18/01/21) – Apabila penggunaan media sosial menjadi pembeda gelombang keempat feminisme dalam mengampanyekan gagasan, tuntutan dan fokus perjuangan, maka tahun 2008 dapat disebut sebagai tahun awal munculnya benih gelombang ini. Pada saat itu, Facebook, Twitter, dan YouTube seolah menjadi tongkrongan serupa cafe di mana para feminis berdiskusi secara daring (online) atau sekedar menuangkan pemikirannya, tanpa sekat ruang dan waktu, menjangkau pengguna media sosial dari berbagai belahan dunia. Akan tetapi, tagar-tagar (hashtags) tertentulah yang melahirkan momentum bagi gelombang keempat untuk menunjukkan taringnya. Tagar yang populer di dunia maya tentunya tidak muncul begitu saja, melainkan dipicu oleh berbagai peristiwa yang memancing kemarahan sekaligus solidaritas internasional.

  • #StopThisShame dan #Nirbhaya

16 Desember 2012, hari yang kelam dan memilukan bagi seorang gadis India berusia 23 tahun yang tidak lama lagi akan menjadi seorang Fisioterapis bernama Jyoti Singh. Sekitar pukul 9.30 malam, setelah selesai menonton film Life of Pi, Jyoti bersama teman prianya, Awindra Pandey, menjadi penumpang sebuah bus putih bersama lima penumpang pria lainnya untuk kembali ke rumahnya di Dwarka. Sungguh tak diduga, kelima penumpang pria tadi beserta kondektur bus memerkosa Jyoti secara bergilir. Para pelaku yang telah kehilangan hati nurani dan akal sehat itu bahkan memukul gadis malang tersebut dengan potongan besi setelah puas melakukan aksi bejatnya, lalu melemparnya dalam kondisi setengah telanjang ke pinggir jalan kota Delhi. Teman pria Jyoti pun tidak luput dari penyiksaan, ia juga dilemparkan keluar dari bus dalam kondisi tubuh berselimut luka dan darah. Jyoti terluka parah di bagian perut, usus dan alat kelamin. Meski diterbangkan ke Singapura untuk mendapatkan perawatan spesialis, namun pada akhirnya Jyoti meninggal dunia akibat luka parah yang dideritanya.

Pemerkosaan brutal tersebut memicu kemarahan massa di India serta menarik perhatian dunia.  Terima kasih kepada para aktivis yang menggemparkan pengguna Facebook dan Twitter di seluruh dunia dengan memviralkan tagar #StopThisShame dan #Nirbhaya untuk menyoroti kekerasan seksual yang menimpa Jyoti Singh, yang saat itu diberitakan dengan nama samaran: Nirbhaya (fearless), sebab hukum di India tidak memperbolehkan nama asli korban pemerkosaan diumumkan (nama Jyoti Singh pada akhirnya diungkap ke publik atas persetujuan ibunya). Kampanye anti kekerasan seksual dengan tagar #StopThisShame dan #Nirbhaya merupakan kampanye digital terbesar dan paling berpengaruh pada tahun 2012, menggerakkan warga dunia untuk melakukan aksi protes secara daring dan memantik ratusan ribu pendemo di India untuk turun langsung memenuhi ruas-ruas jalan ibu kota. Mereka menuntut penegakan keadilan bagi korban dan menyoroti lemahnya hukum terkait pemerkosaan. Tuntutan para pendemo berhasil mengubah isi Undang-undang Perlindungan Perempuan di India dan menggiring empat pelaku pemerkosaan (Mukesh Singh, Vinay Sharma, Pawan Gupta, Akshay Thakur) ke tiang gantungan. Satu pemerkosa lainnya (Ram Singh) melakukan bunuh diri di dalam penjara dan seorang lagi yang masih berusia 17 tahun dibebaskan setelah mendekam di dalam penjara selama tiga tahun.

Setelah tagar #StopThisShame dan #Nirbhaya, muncul tagar-tagar lainnya yang mengundang aksi solidaritas secara daring. Kekuatan media sosial menjadi senjata baru yang ampuh bagi para aktivis di seluruh dunia untuk bersatu dan bersuara lebih lantang. Oleh sebab itu, tidak salah jika banyak pihak yang berpendapat bahwa gelombang keempat feminisme dimulai pada tahun 2012. Fokus utama dari gelombang ini adalah penghapusan segala bentuk pelecehan dan kekerasan seksual di semua ranah, baik terhadap perempuan, anak-anak, maupun terhadap lelaki. Inilah keunikan gelombang keempat: intersectionality, mencari titik temu dan solusi di tengah perbedaan dan keberagaman. Konsep ini percaya bahwa setiap manusia memiliki pengalaman yang unik/berbeda dalam menghadapi penindasan dan diskriminasi. Oleh sebab itu, berbagai hal harus dipertimbangkan sebelum mengajukan sebuah tuntutan dan solusi, antara lain jenis kelamin, ras, kelas sosial, orientasi seksual, kondisi fisik dan lainnya. Menyamaratakan setiap individu tidaklah bijak, apalagi jika membanding-bandingkan pengalaman atau menganggap satu solusi akan berdampak baik bagi semua orang.

Di Indonesia sendiri, perjuangan untuk melahirkan payung hukum terkait kekerasan seksual telah diinisiasi oleh Komnas Perempuan sejak 2012 dengan mengajukan Rancangan Undang-undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS). Sayangnya, upaya tersebut belum mendapatkan titik terang hingga hari ini, bahkan RUU PKS dikeluarkan dari Prolegnas Prioritas 2020, di saat jumlah kasus kekerasan seksual semakin menanjak.

Era baru feminisme ini juga menyoroti hak reproduksi dan hak para penyandang disabilitas, menuntut perubahan dalam sistem kontrak dan upah kerja, serta membantu orang-orang dengan orientasi seksual dan identitas gender LGBTQ+ agar terbebas dari perundungan dan memperoleh hak-haknya sebagai sesama manusia. Banyak pihak yang masih memperdebatkan arah perjuangan gelombang keempat di tahun-tahun mendatang. Namun satu yang pasti, dalam setiap perjuangan akan selalu ada konflik dan perbedaan pendapat, selama hal tersebut masih terjadi, berarti perkembangan dan perubahan juga terus berjalan.

Ketika membahas perkembangan gelombang keempat feminisme, tak lengkap rasanya jika tidak membahas tagar-tagar populer lainnya, seperti #MeToo, #TimesUp, #EverydaySexism dan yang lainnya. Baca selengkapnya dalam artikel berikutnya ya! (AWN)

 

Referensi:

  • https://www.britannica.com/topic/feminism/The-fourth-wave-of-feminism
  • https://www.theguardian.com/world/2013/dec/10/fourth-wave-feminism-rebel-women
  • https://www.vox.com/2018/3/20/16955588/feminism-waves-explained-first-second-third-fourth
  • https://www.pacificu.edu/magazine/four-waves-feminism
  • https://futurewomen.com/leadership/gender-diversity/fourth-wave-feminism-guide/
  • https://interactive.unwomen.org/multimedia/timeline/womenunite/en/index.html#/
  • https://theconversation.com/stopthisshame-girlsatdhaba-whyloiter-and-more-womens-fight-against-sexual-harassment-didnt-start-with-metoo-105711
  • https://www.theguardian.com/society/2017/dec/03/five-years-after-gang-murder-jyoti-singh-how-has-delhi-changed
  • https://www.bbc.com/news/world-asia-35115974
  • https://www.tempo.co/dw/2173/india-gantung-4-pemerkosa-mahasiswa-di-dalam-bus-tahun-2012
  • https://www.kompas.com/global/read/2020/03/21/181146570/empat-pelaku-pemerkosaan-dan-pembunuhan-di-india-dihukum-gantung?page=all
  • https://www.womankind.org.uk/intersectionality-101-what-is-it-and-why-is-it-important/

asiawomennews

Related posts

2 thoughts on “GELOMBANG KEEMPAT FEMINISME MEMBANGUNKAN DUNIA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Newsletter

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.

Recent News