Hiroshima, Jepang, AWN (21/5/2023) – Press Briefing Menteri Luar Negeri RI Hari Pertama Kunjungan Presiden ke Hiroshima Dalam Rangka Menghadiri KTT G7 Outreach, 20 – 21 Mei 2023
Rekan-rekan media yang saya hormati,
Bapak Presiden baru saja menyelesaikan rangkaian kegiatan di hari pertama kunjungan ke Hiroshima, Jepang, tanggal 20 Mei 2023.
Program Bapak Presiden sangat padat, yaitu:
- Melakukan 7 pertemuan bilateral dengan Jepang, Inggris, Kanada, Brazil, Cook Islands, IMF, dan Australia;
- Kemudian hadir dalam dua sesi pertemuan KTT G7 Outreach; dan
- Menghadiri side event yang diinisiasi oleh Amerika Serikat yaitu: “Partnership for Global Infrastructure and Investment” (PGII);
Dengan demikian, maka pertemuan pada hari pertama ini, jumlah total yang diikuti oleh Bapak Presiden adalah 10 pertemuan.
Satu hal yang patut dicatat, dalam semua pertemuan bilateral semua Pemimpin dan juga Managing Director IMF sampaikan apresiasi tinggi dan pujian atas keberhasilan Indonesia dalam menjalankan presidensi G20 tahun lalu dan sampaikan selamat atas keberhasilan penyelenggaraan KTT ke-42 ASEAN di Labuan Bajo.
Managing Director IMF menyampaikan bahwa Indonesia dapat berbicara dengan semua negara dan semua pihak, dan di tengah dunia yang menghadapi banyak tantangan seperti saat ini, diperlukan lebih banyak lagi peran seperti yang dimainkan oleh Indonesia.
Di dalam pertemuan bilateral, Presiden juga menyampaikan bahwa Hiroshima harus menjadi pengingat kita semua bahwa perang hanya akan menghancurkan.
Oleh karena itu, seruan perdamaian seharusnya keluar dari KTT G7 di Hiroshima dan bukan sebaliknya.
Saya ingin menjelaskan secara lebih detail situasi pertemuan:
Yang PERTAMA adalah terkait pertemuan sesi 6 dan 7 KTT G7 Outreach.
Pertemuan Sesi 6 membahas tema: “Working together to address multiple crisis”.
Bapak Presiden mendapatkan kesempatan berbicara pertama, dan menyampaikan pernyataan secara straightforward dan menekankan pentingnya kolaborasi global yang setara dan inklusif.
Masalah kesetaraan ini menjadi penekanan Bapak Presiden.
Presiden juga menekankan kebijakan monopoli dan diskriminasi terhadap komoditas negara berkembang harus dihentikan.
Setiap negara memiliki hak pembangunan (right to development), dan hak untuk mengolah sumber daya alam untuk menghasilkan nilai tambah juga harus dihormati.
Presiden mengatakan sudah bukan zamannya lagi negara berkembang hanya menjadi pengekspor bahan mentah seperti di era kolonialisme.
Lebih dari 270 juta rakyat Indonesia yang menjadi jangkar perdamaian, demokrasi, dan pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara dan Asia Pasifik harus sejahtera.
Ini bukan berarti Indonesia menutup diri, melainkan Indonesia siap meningkatkan kerja sama namun dalam bentuk lain yang lebih setara dan saling menguntungkan.
Itulah pesan pertama Bapak Presiden di sesi keenam.
Pesan yang kedua adalah mengajak negara anggota G7 untuk menjadi mitra pembangunan hilirisasi industri Indonesia dan mengusulkan dibentuk lembaga semacam OPEC bagi produk-produk strategis lain seperti nikel dan sawit.
Beliau menegaskan bahwa yang dibutuhkan dunia saat ini bukanlah polarisasi yang memecah belah melainkan kolaborasi yang mempersatukan.
Negara G7 memiliki peran besar dalam menciptakan kolaborasi yang konkret dan setara.
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan sesi 6 antara lain:
- Adopsi Hiroshima Action Statement on Global Food Security Resilience;
- Kemudian di dalam diskusi itu banyak sekali pihak yang menekankan pentingnya Universal Health Coverage;
- Para peserta KTT juga mendorong kerja sama pembangunan dan mobilisasi sumber dana swasta untuk pencapaian SDGs;
-
Dan mengangkat kebutuhan untuk mendorong investasi konkret PGII dan reformasi Multilateral Development Banks.
Rekan-rekan media yang saya hormati,
Saya beralih ke Pertemuan Sesi 7 yang membahas tema “Common endeavor for a resilient and sustainable planet (including climate, energy, environment)”.
Pesan penting yang disampaikan Bapak Presiden dalam Sesi 7 ini adalah:
Pertama, perlunya mengubah pendekatan dalam mengatasi perubahan iklim dari burden shifting menjadi burden sharing.
Semua negara harus berkontribusi sesuai kapasitasnya.
Komitmen Indonesia sangat nyata, antara lain dengan meningkatkan target penurunan emisi nasional sebesar 31,89% dengan kemampuan sendiri dan 43,2% dengan dukungan internasional.
Komitmen ini harus didukung dengan kemitraan yang memberdayakan.
Namun Bapak Presiden mengatakan negara berkembang meragukan komitmen negara maju, dmana hingga kini janji pendanaan 100 miliar USD per tahun belum terpenuhi.
Presiden menyampaikan bahwa pendanaan iklim harus konstruktif, bukan dalam bentuk utang.
Presiden juga menegaskan tidak boleh ada kebijakan diskriminatif yang mengatasnamakan lingkungan.
Beliau mengapresiasi platform kerja sama transisi energi seperti Just Energy Transitions Partnership (JETP) dan Asia Zero Emission Community (AZEC).
Hal kedua yang disampaikan Bapak Presiden di sesi ke-7 adalah pentingnya semua negara melakukan aksi nyata, leading by example.
Ini telah ditunjukkan Indonesia antara lain dengan:
- Menekan laju deforestasi hingga titik terendah dalam 20 tahun;
- Melakukan rehabilitasi 600 ribu hektar hutan mangrove yang akan selesai 2024;
- Merehabilitasi 3 juta hektar lahan kritis;
- Menurunkan kebakaran hutan hingga 88%;
- Membangun 30 ribu hektar Kawasan Industri Hijau; dan
- Mendorong pengembangan ekosistem EV.
Sebagai kesimpulan, Bapak Presiden menegaskan bahwa kolaborasi dan komitmen kuat diperlukan untuk menjaga keberlangsungan planet bumi.
Rekan-rekan, dari diskusi pada sesi 7, beberapa kesimpulan dapat diambil, antara lain:
- Bahwa pertemuan menekankan bahwa ketahanan energi, krisis iklim dan risiko geopolitik harus ditangani dengan pendekatan holistik.
- Kemudian efisiensi energi harus dioptimalisasi tanpa melemahkan pertumbuhan ekonomi.
- Pertemuan juga mendorong bantuan bagi negara dan masyarakat yang rentan atas perubahan iklim, atau masyarakat yang rentan yang terdampak perubahan iklim.
- Dalam pertemuan banyak sekali negara-negara yang menyampaikan kolaborasi yang lebih kuat untuk keanekaragaman hayati, pelindungan hutan, dan juga penanganan polusi laut.
Pertemuan PGII
Rekan-rekan yang saya hormati,
Mengenai pertemuan Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII) yang tadi saya sebutkan sebagai side event dari KTT G7 ini, ini merupakan kelanjutan dari pertemuan yang diselenggarakan di Bali.
PGII merupakan kolaborasi yang dibentuk oleh G7 untuk membiayai pembangunan infrastruktur di negara berkembang.
Acara ini dihadiri oleh:
- 6 anggota G7 (Jepang, AS, Jerman, Kanada, Italia, dan Inggris) dan Uni Eropa;
- Dan juga negara mitra G7 (Indonesia, India, Australia, Korea Selatan, Comoros, Viet Nam, dan Cook Islands);
- Bank Dunia juga hadir;
- Dan hadir pula tiga perwakilan sektor swasta, yaitu Japan Foreign Trade Council, Nokia, dan Citi Group.
Pesan-pesan yang disampaikan Bapak Presiden di dalam pertemuan PGII antara lain:
- Indonesia memiliki agenda besar membangun infrastruktur untuk menciptakan pemerataan dan tingkatkan daya saing.
- Pembangunan infrastruktur yang Indonesia sentris, termasuk pembangunan IKN, diperlukan untuk mengatasi ketimpangan.
- IKN didesain sebagai kota pintar masa depan berbasis alam dengan 70% area hijau dan 80% sumber energi berasal dari EBT.
- Investasi pembangunan IKN sangat terbuka di berbagai sektor, antara lain transportasi, kesehatan, teknologi, pendidikan, dll.
- Indonesia mengharapkan dukungan PGII terhadap pembangunan IKN melalui investasi konkret dan pembiayaan inovatif lainnya.
Rekan-rekan media yang saya hormati,
Sekarang saya masuk ke rangkaian Pertemuan Bilateral.
Sebagai informasi, banyak sekali permintaan bilateral yang ditujukan kepada Bapak Presiden. Dan hari pertama, pertemuan dilakukan dengan 7 negara seperti yang tadi saya sebutkan.
Di hampir semua pertemuan Presiden menekankan pentingnya kemitraan yang setara, inklusif, dan saling menguntungkan.
Presiden juga menekankan pentingnya peningkatan kerja sama perdagangan, termasuk menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan.
Presiden juga mengajak untuk meningkatkan kerja sama investasi dan menekankan pentingnya kerja sama transformasi energi, termasuk implementasi Just Energy Transition Partnership (JETP). JETP ini penting untuk mendukung upaya mencapai target zero carbon pada tahun 2060.
Dan di hampir semua pertemuan, Presiden juga menyampaikan informasi mengenai hasil KTT ke-42 ASEAN, khususnya mengenai isu Myanmar. Dan semua pemimpin mengapresiasi kepemimpinan Indonesia untuk isu Myanmar.
Di dalam pertemuan-pertemuan bilateral tersebut, muncul beberapa isu yang sifatnya spesifik.
Misalnya, dengan Jepang:
- Kedua pemimpin mengharapkan agar review IJEPA dapat diselesaikan September tahun ini. Ini sebenarnya permintaan dari Bapak Presiden agar negosiasi review IJEPA dapat diselesaikan September tahun ini.
- Kemudian Bapak Presiden juga menyampaikan harapan agar proses bidding MRT dapat segera diselesaikan.
- Dan Presiden juga meminta penghapusan tarif untuk tuna kaleng dan perluasan akses pasar untuk buah-buahan tropis dari Indonesia.
Dengan Inggris:
- Presiden meminta agar kebijakan due diligence Inggris untuk produk pertanian dan kehutanan tidak diskriminasikan komoditas utama Indonesia, seperti sawit, karet, kakao, dan kopi.
- Sementara itu, Perdana Menteri Inggirs menekankan komitmen untuk memperkuat kemitraan di bidang transisi energi.
Dengan Kanada:
- Dibahas percepatan penyelesaian perundingan Indonesia-Kanada CEPA.
- Kemudian realisasi kerja sama pembangunan bandara hijau di Kalimantan Utara.
- Dan implementasi kerja sama antara BUMN Indonesia dengan perusahaan Kanada terkait pasokan potash dan gandum.
Dengan Brasil:
- Pembahasan menekankan pentingnya memperkuat kerja sama di antara Global South, termasuk di bidang kehutanan.
- Pemimpin kedua negara sepakat mengenai pentingnya memperkuat kerja sama di antara negara pemilik hutan, termasuk antara Indonesia, Brasil, dan Republik Demokratik Kongo yang memiliki 30% hutan tropis dunia.
- Di dalam pertemuan dengan Presiden Brasil dibahas juga mengenai pengembangan kerja sama ternak sapi dan pengadaan daging sapi.
- Presiden Lula dalam pertemuan mengundang Bapak Presiden berkunjung ke Brasil.
Dengan Cook Islands yang juga saat ini memegang posisi sebagai Ketua PIF:
- Dibahas penguatan kerja sama dengan kawasan Pasifik, termasuk untuk menghadapi perubahan iklim.
- Presiden menyampaikan komitmen Indonesia untuk mendukung pembangunan di negara-negara Pasifik.
- Perdana Menteri Cook Islands sangat menghargai keaktifan Indonesia dalam meng-engage negara-negara Pasifik, termasuk upaya Indonesia untuk memperkuat hubungan antara PIF dan ASEAN.
Sementara itu dengan Managing Director IMF:
- Dilakukan tukar pikiran mengenai situasi ekonomi dunia yang banyak diwarnai uncertainties atau ketidakpastian.
- Ekonomi Indonesia oleh IMF dinilai baik dan stabil, dan pertumbuhannya jauh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia.
- IMF mengharapkan bantuan Indonesia kepada negara berkembang lain, terutama di bidang pengentasan kemiskinan.
Dengan Australia:
- Dibahas mengenai dibahas rencana kunjungan Presiden ke Australia dalan waktu dekat dalam rangka Annual Leaders’ Meeting.
Rekan-rekan media yang saya hormati,
Demikian tadi hasil kunjungan Presiden Indonesia ke Hiroshima hari ini, atau tepatnya pertemuan yang dilakukan Bapak Presiden hari ini di Hiroshima, tanggal 20 Mei.
Untuk besok, agenda Bapak Presiden adalah:
- Peletakan bunga di Hiroshima Peace Memorial Park;
- Kemudian berpartisipasi di dalam Sesi 8 KTT G7 Outreach;
- Dan melakukan beberapa pertemuan.
-
Di samping itu, Presiden juga akan melakukan pertemuan bisnis dengan perusahaan-perusahaan besar Jepang dalam format CEO Meeting.
Demikian, terima kasih.(AWN)