Stockholm, Swedia, AWN (14/5/2023) – Menlu RI Retno Marsudi hadiri European Union Indo-Pacific Ministerial Forum Di Stockholm, Swedia.
Menurut Menlu Retno Marsudi dalam press conference 14/5/2023 di Stockholm, Swedia.
“Setelah KTT ke-42 ASEAN selesai, pada hari ini saya tiba di Stockholm, Swedia, dan melakukan kunjungan satu hari.
Indonesia selaku Ketua ASEAN diundang sebagai salah satu keynote speakers dalam Pertemuan Indo-Pacific Ministerial Forum yang diselenggarakan oleh Uni Eropa. Swedia saat ini memegang presidensi Uni Eropa.” ujar Menlu Retno Marsudi
“Dan di sela-sela pertemuan, saya melakukan pertemuan dengan 22 Menteri Luar Negeri atau setingkat Menteri Luar Negeri.” lanjut Menlu Retno Marsudi
European Union Indo-Pacific Ministerial Forum
Pertemuan European Union Indo-Pacific Ministerial Forum merupakan kelanjutan dari pertemuan sebelumnya yang dilakukan di Paris. Dan waktu di Paris, Indonesia juga diminta berbicara sebagai salah satu pembicara kunci.
Di dalam pertemuan di Stockholm, pesan penting yang saya sampaikan antara lain:
Pertama, saya menyampaikan bahwa kolaborasi di Indo-Pasifik merupakan salah satu isu yang dibahas di KTT ke-42 ASEAN.
Saya sengaja menekankan kata “kolaborasi“ karena inilah yang memang diinginkan dan disampaikan selama KTT ASEAN. ASEAN tidak ingin melihat Indo-Pasifik menjadi teater rivalitas kekuatan besar.
Oleh karena itu, kita semua harus bekerja sama untuk memastikan kawasan Indo-Pasifik menjadi kawasan yang damai dan sejahtera, termasuk upaya yang harus dilakukan melalui forum ini. Jadi forum ini harus membahas upaya kerja sama dan kolaborasi untuk menjadikan kawasan Indo-Pasifik menjadi kawasan yang damai dan sejahtera.
Pesan kedua yang saya sampaikan adalah bahwa ASEAN terbuka untuk bekerja sama dengan semua negara tanpa kecuali atau inklusif.
Namun saya sampaikan ada syaratnya, yaitu bahwa mereka harus memegang teguh dua prinsip: yaitu penghormatan terhadap hukum internasional dan paradigma kolaborasi harus diadopsi oleh semuanya.
Dua prinsip ini terus dipegang teguh oleh ASEAN selama setengah abad. Dua prinsip ini pula yang memang cocok untuk diterapkan di Indo-Pasifik.
Pesan ketiga yang saya sampaikan dalam pertemuan di Stockholm adalah penekanan mengenai engagement dengan Indo-Pasifik harus inklusif. Tadi saya sudah sampaikan tapi kemudian saya tegaskan kembali mengenai inclusiveness ini yang berarti terbuka untuk semua negara.
Indo-Pasifik terlalu besar untuk hanya dikelola dinikmati oleh segelintir negara. Dan jangan sampai Indo-Pasifik menjadi proxy kekuatan tertentu. Perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di Indo-Pasifik harus dapat dinikmati oleh semua.
Pesan keempat, kerja sama di Indo-Pasifik harus konkret dan bermanfaat bagi rakyat. Kerja sama semacam ini bukan hanya terkait dengan politik dan keamanan atau sekedar bersifat norm-setting. Di sinilah arti penting implementasi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific, kerja sama konkret inklusif yang memprioritaskan 4 area kerja sama.
Di dalam pertemuan, saya juga menekankan bahwa kerja sama juga harus bersifat forward looking untuk mengatasi berbagai tantangan masa depan. Kerja sama yang konkret dan inklusif akan meredakan ketegangan, memperkuat rasa saling percaya, dan menciptakan kesalingtergantungan antara negara di kawasan.
Dan sebagai penutup dalam keynote speech, saya menyampaikan undangan Indonesia kepada semua negara yang hadir, terutama dari kalangan bisnisnya, untuk menghadiri ASEAN-Indo-Pacific Infrastructure Forum yang akan dilakukan di Jakarta pada bulan September nanti, dan akan dilakukan back-to-back dengan KTT ke-43 ASEAN.
ASEAN-Indo-Pacific Infrastructure Forum ini adalah sebuah platform yang dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan potensi kerja sama di kawasan Indo-Pasifik.
Pertemuan Bilateral
Rekans media ysh,
Di sela-sela pertemuan, saya melakukan pertemuan dengan 22 Menlu atau setara Menlu. Dan mengingat waktu yang sangat singkat, mayoritas pertemuan bilateral dilakukan dalam format pull-aside.
Pertemuan saya lakukan dengan Swedia, Maladewa, Latvia, Sri Lanka, Luksemburg, Bulgaria, Austria, Rumania, Siprus, Finlandia, Fiji, India, Kroasia, Lithuania, Denmark, Persatuan Emirat Arab, Jepang, Prancis, Malaysia, Inggris, Amerika Serikat, dan juga dengan Menteri Luar Negeri Uni Eropa atau sering kita sebut HRVP Uni Eropa.
Di dalam pertemuan-pertemuan tersebut, ada beberapa isu yang sifatnya generik. Misalnya di hampir semua pertemuan, mereka menanyakan hasil dari KTT ke-42 ASEAN, termasuk isu Myanmar.
Mereka mendukung keketuaan Indonesia di ASEAN dan memiliki harapan besar dari keketuaan Indonesia. Hasil KTT ke-42 dinilai oleh pihak luar berhasil dengan baik.
Dan mereka terus memberikan dukungan mengenai implementasi 5PC, terutama oleh militer Myanmar. Dan saya jelaskan kepada mereka bahwa posisi ASEAN kokoh mengenai urgensi implementasi 5PC.
Saya juga menjelaskan di dalam pertemuan-pertemuan bilateral mengenai apa yang telah dilakukan Indonesia di dalam 4 bulan selama keketuaan Indonesia di ASEAN mengenai Myanmar, terutama mengenai engagements yang sudah dilakukan Indonesia, kemudian upaya untuk menurunkan kekerasan, dan bantuan kemanusiaan yang sudah mulai berjalan secara bertahap.
Masih terkait dengan ASEAN, Indonesia sebagai Ketua ASEAN menerima surat dari Swedia mengenai keinginan Swedia untuk melakukan aksesi terhadap Treaty of Amity and Cooperation (TAC).
Hal yang kedua yang kita bahas tentunya tidak bisa lepas dari kerja sama bilateral dengan masing-masing negara. Dan biasanya kita berbicara mengenai peningkatan kerja sama di bidang ekonomi. Dan saya undang mereka berinvestasi di Indonesia, terutama untuk sektor energi hijau, kendaraan listrik, dan juga pembangunan IKN.
Saya juga minta dukungan terhadap hilirisasi industri yang sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia.
Saya juga minta dukungan mereka mengenai pentingnya dihapuskan kebijakan-kebijakan yang sifatnya diskriminatif termasuk dari Uni Eropa dan penyelesaian segera negosiasi Indonesia-EU CEPA.
Untuk mendorong kerja sama perdagangan, saya juga mengundang mereka untuk hadir pada Trade Expo Indonesia, Indonesia-Europe Business Forum, dan Indonesia-Central and Eastern Europe Business Forum (INA-CEE).
Selain hal-hal tersebut, terdapat beberapa isu yang sifatnya khusus, misalnya:
Dengan Bulgaria saya sambut baik investasi perusahaan Indonesia dan Bulgaria di bidang produksi rendang di Bulgaria.
Dengan Finlandia kita bahas kelanjutan kerja sama di bidang green transportation.
Dengan Rumania saya dorong agar perundingan MoU di bidang tenaga kerja, counter terrorism dan pertahanan dapat segera diselesaikan.
Dengan Siprus, Menlu Siprus menyampaikan rencana untuk membuka kembali kedutaan besar di Jakarta.
Dengan Luksemburg kita bahas rencana kunjungan Menlu Luksemburg ke Jakarta akhir Mei ini.
Dengan Denmark kita bahas rencana pertemuan Joint Commission di Kopenhagen bulan Juni ini.
Dengan Prancis dibahas rencana pertemuan 2+2 antara Menhan dan Menlu kedua negara yang sempat tertunda dan rencana pertemuan bilateral Presiden Macron dan Presiden Jokowi di sela-sela pertemuan G7 di Hiroshima bulan ini.
Dengan Austria saya sambut baik kerja sama kedua negara di bidang transportasi dan waste management, dan juga dibahas rencana kunjungan Menlu Austria ke Jakarta dalam waktu dekat.
Dengan Lithuania dibahas rencana kunjungan ke Jakarta yang akan membawa delegasi bisnis.
Dengan Menlu Jepang mengenai persiapan KTT G-7 di Hiroshima di mana Indonesia diundang dan Bapak Presiden berencana untuk hadir.
Dengan Menlu atau HRVP Uni Eropa, kita lebih banyak membahas mengenai hasil KTT ASEAN, terutama isu Myanmar. Dan HRVP Uni Eropa menyampaikan apresiasi terhadap langkah-langkah yang sudah diambil Indonesia.
Isu ketiga yang kita terus bahas selama pertemuan bilateral adalah untuk mendapatkan dukungan terhadap beberapa pencalonan Indonesia, antara lain untuk Anggota Dewan HAM PBB 2024-2026 dan Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB 2029-2030.
Keempat, isu Afghanistan yang secara khusus saya bahas dengan State Minister Inggris, Lord Ahmed.
Inggris menyampaikan penghargaan atas peran aktif Indonesia di isu Afghanistan, terutama dalam isu pendidikan untuk perempuan Afghanistan.(AWN)