Jakarta, AWN (25/7/2023) – Isu kesehatan mental anak selama ini belum menjadi perhatian khalayak. Padahal, isu ini sangat penting dalam tumbuh kembang anak sebagai tunas penerus bangsa. Oleh karena itu, dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional (HAN) 2023, Ketua DPR RI Dr. (H.C.) Puan Maharani menyadari, negara masih memiliki banyak tantangan dalam menciptakan generasi masa depan yang berkualitas.
Sebab itu, dirinya menekankan, Rancangan Undang-Undang Kesejahteraan Ibu dan Anak (RUU KIA) yang merupakan RUU Inisiatif DPR sangat diperlukan untuk mendukung perbaikan kualitas anak Indonesia, khususnya dari kalangan kurang mampu. Ia juga mendorong Pemerintah bekerja sama dengan stakeholder terkait untuk memperkuat sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai hal ini.
“Untuk menciptakan generasi unggul, orang tua harus dibantu Pemerintah dalam mengupayakan tumbuh kembang maksimal pada anak. Salah satunya memberikan gizi seimbang bagi anak mulai dari kandungan hingga 1.000 hari pertama setelah melahirkan,” papar Puan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (24/7/2023).
Dengan tema ‘Anak Terlindungi, Indonesia Maju’ dalam HAN 2023, Pemerintah Indonesia diingatkan untuk dapat menciptakan lingkungan yang baik bagi anak-anak di seluruh pelosok negeri. Puan menuturkan, diperlukan dukungan kesehatan dan pola asuh yang optimal agar anak-anak Indonesia terlindungi.
“Untuk menciptakan generasi berkualitas, pastinya dukungan untuk ibu juga sangat diperlukan. Oleh karenanya, DPR menginisiasi RUU KIA karena DPR memahami perkembangan anak tidak terlepas dari peran ibu,” urainya.
Ia pun berharap RUU KIA dapat segera terealisasi menjadi UU dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk kalangan industri. Salah satunya dengan memberikan kesempatan bagi ibu bekerja untuk memiliki ruang menjalankan perannya dalam memberikan pengasuhan terbaik bagi anak sambil menjalankan tanggung jawabnya sebagai pekerja.
“Karena ibu bekerja memperkuat kestabilan keuangan keluarga yang memberikan kontribusi bagi kemajuan perekonomian negara dan angka kesejahteraan rakyat,” tegas Puan.
Sehingga, perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu mengajak seluruh lapisan masyarakat bergotong-royong menciptakan lingkungan aman bagi anak-anak. Tidak hanya kekerasan fisik saja, ia mengingatkan bahwa dampak dari kekerasan psikis pada anak berpotensi buruk dalam jangka panjang terhadap perkembangan anak hingga beranjak dewasa.
“Di peringatan Hari Anak Nasional ini, saya mengajak para orang tua, keluarga, guru, tenaga pendidik di luar sekolah, dan seluruh elemen masyarakat lain untuk juga menjaga kesehatan mental anak. Karena kekerasan bukan hanya datang secara fisik, tapi juga psikis,” ungkap Puan.
Cucu Bung Karno itu mengingatkan agar setiap orang tua tidak pernah berhenti memperkaya wawasan mengenai tumbuh kembang anak, baik secara psikis maupun mental. Dirinya pun menekankan bahwa pola asuh orang tua yang baik akan mempengaruhi karakter anak di masa depan.
“Perkembangan ilmu kesehatan harus bisa menjadi pelajaran untuk kita semua, bahwa kesehatan mental ini sangat berpengaruh terhadap kepribadian anak di masa yang akan datang karena trauma mental yang didapat anak bisa menumbuhkan luka batin berkepanjangan yang dapat berdampak terhadap kemajuan anak-anak kita ke depannya” sebut ibu dari dua anak itu.
Pada peringatan HAN 2023, Puan juga mengingatkan mengenai hak pendidikan bagi anak yang harus diberikan secara merata untuk seluruh anak Indonesia. Sebab menurut data UNICEF, sekitar 4,1 juta anak-anak di Indonesia yang berusia 7-18 tahun tidak mendapat pendidikan atau bersekolah pada tahun 2021.
Angka tersebut masih jauh dari target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan / Sustainable Development Goals (SDGs) yang menargetkan tidak ada anak yang tidak bersekolah pada tahun 2030. Oleh karenanya, Puan mendorong Pemerintah didukung oleh seluruh elemen bangsa untuk meningkatkan program pendidikan dan memperluas pendidikan gratis, khususnya bagi anak dari keluarga tidak mampu.
“Semua anak Indonesia harus bisa bersekolah. Tidak boleh ada yang tidak sekolah karena hambatan biaya. Sangat penting bahwa semua anak Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk bisa mendapatkan pendidikan,” katanya.
Di samping itu, dirinya mengapresiasi adanya program Sekolah Ramah Anak (SRA) yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang aman, sehat, dan menyenangkan bagi anak sekolah. Penerapan SRA ini tidak hanya mengandalkan peran dari pihak guru dan sekolah saja, melainkan juga dari siswa sendiri, orang tua, serta masyarakat.
SRA merupakan upaya untuk mengajak orang dewasa di sekolah berperan sebagai orang tua dan sahabat siswa saat di sekolah sehingga anak merasa lebih aman, nyaman, dan bahagia, serta terbebas dari gangguan mental dan fisik.
“Tiap sekolah hendaknya menciptakan Sekolah Ramah Anak atau SRA sesuai standar yang telah ditetapkan sehingga anak-anak merasa terlindungi selama berada di sekolah, dan tentunya sekolah harus zero kekerasan,” tutup Puan. (AWN)